Perbedaan HIV Dengan AIDS
perbedaan HIV dengan AIDS |
Apa yang anda pikirkan saat mendengar istilah HIV dan AIDS? Dan taukah anda mengenai perbedaan antara HIV dan AIDS?
Jika kita mendengar kata HIV dan AIDS, yang terbayangkan adalah stigma negatif dari penyakit ini, yaitu penyakit “Aib” yang memalukan, menakutkan, menular serta mematikan.
Hal ini karena asumsi masyarakat tentang cara penularannya yang identik dengan seks bebas, narkoba, pergaulan bebas, serta perbuatan buruk lainnya.
Perbedaan HIV Dengan AIDS
Apakah HIV dan AIDS itu sama?
HIV dan AIDS merupakan hal yang berbeda. Mungkin banyak yang beranggapan bahwa HIV dan AIDS merupakan satu kesatuan yang sering disebut HIV AIDS.
Hal ini karena penggunaan singkatan yang sering digunakan secara bersamaan atau beranggapan bahwa keduanya adalah penyakit dengan kondisi yang sama.
Padahal, HIV dan AIDS memiliki perbedaan yang mendasar, namun saling berkaitan. Untuk itu, mari kita pahami sebenarnya apa itu HIV dan apa itu AIDS.
Perbedaan HIV dan AIDS dari definisinya.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sel darah putih di dalam sistem kekebalan atau imunitas tubuh manusia.
Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrom, yaitu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi HIV yang tidak mendapatkan perawatan yang benar, atau kondisi saat infeksi HIV sudah berkembang hingga stadium tiga sehingga sudah sangat merusak sistem daya tahan tubuh.
HIV secara spesifik melemahkan sel CD4 yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang bertugas melawan infeksi.
HIV menyebabkan jumlah sel CD4 menurun sehingga daya tahan tubuh tidak kuat melawan infeksi. Akibatnya, jumlah virus HIV dalam darah meningkat dan imun tubuh gagal melawan HIV.
Pengidap HIV dinyatakan sudah terkena AIDS jika sel CD4 dalam tubuhnya turun hingga 200 sel per 1 cc atau 1 ml darah.
Jadi bisa disimpulkan bahwa HIV adalah virus yang menyerang dan melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan AIDS adalah kondisi yang diakibatkan oleh serangan virus HIV.
Pengidap HIV belum tentu terkena AIDS
HIV adalah virus, sehingga dapat ditularkan seperti virus lainnya. HIV dapat ditularkan dengan berbagai cara.
Beberapa cara penularan virus HIV diantaranya melalui produk darah (jarum yang tidak steril), melalui hubungan seks (vaginal, anal atau oral tanpa alat pengaman), serta ditularkan oleh ibu kepada bayinya baik pada saat proses mengandung, persalinan dan menyusui.
Sedangkan AIDS merupakan suatu kondisi yang diperoleh seseorang hanya setelah mereka tertular HIV.
Setiap orang yang mengidap AIDS sudah pasti mengidap HIV, namun tidak setiap pengidap HIV akan berkembang menjadi AIDS.
Potensi penderita HIV menjadi AIDS bisa dicegah dengan pengobatan dan terapi antiretroviral, sehingga penderita HIV masih memiliki potensi hidup yang baik seperti orang yang normal.
Oleh sebab itu, pengobatan yang tepat adalah kunci penting bagi penderita HIV agar tidak meningkat menjadi penderita AIDS.
Gejala HIV dan AIDS
HIV tidak selalu menimbulkan gejala. Saat terinfeksi HIV, biasanya seseorang tidak mengalami gejala yang berat.
Sekitar dua hingga 4 Minggu setelah terinfeksi, seringkali gejala yang timbul menyerupai gejala flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, serta gejala lain seperti nyeri otot dan sendi, sariawan, mudah lelah, kelenjar getah bening membengkak, ruam, hingga diare.
Jangka waktu yang singkat ini disebut dengan infeksi akut, kemudian memasuki tahap laten, dimana sistem kekebalan mengendalikan infeksi tapi tidak dapat sepenuhnya menghilangkan HIV.
Dan infeksi ini bisa berlangsung selama beberapa tahun atau dekade dan virus HIV tetap aktif merusak daya tahan tubuh.
HIV yang terlambat ditangani, atau tanpa perawatan yang benar, akan berkembang atau meningkat menjadi AIDS yang menyebabkan penderita mengalami banyak gejala yang terkait dengan kondisi tersebut.
Gejala yang timbul seperti penurunan berat badan tanpa diketahui sebabnya, bercak putih di lidah, mulut, kelamin dan anus, berkeringat di malam hari, ruam di kulit yang tidak bisa hilang, infeksi jamur di mulut, tenggorokan atau vagina, pembengkakan di ketiak, leher selangkangan dan kelenjar getah bening, hingga gangguan saraf.
AIDS juga dapat menyebabkan penderita mengalami komplikasi berbagai penyakit yang lebih kompleks seperti pneumonia, turbekulosis hingga kanker.
Cara Diagnosis HIV dan AIDS
Untuk mendeteksi adanya HIV, dokter akan menyarankan tes darah atau air liur untuk mengetahui antibodi virus HIV.
Hal ini dikarenakan saat terinfeksi HIV, sistem kekebalan tubuh akan menghasilkan antibodi khusus untuk melawan virus HIV.
Selain itu, tes untuk mencari antigen yang merupakan protein hasil produksi virus HIV juga dapat mendeteksi adanya HIV pada seseorang.
Sedangkan untuk mendeteksi kondisi AIDS pada seseorang, yaitu dengan melihat kadar atau jumlah sel CD4 yang tersisa dalam tubuh.
Dalam keadaan normal dan sehat tanpa HIV, seseorang memiliki sekitar 500 – 1.200 sel CD4 per 1 cc atau per 1 ml darah.
Jika sel CD4 turun hingga 200 atau bahkan kurang dari 200, maka seseorang dinyatakan positif AIDS. Selain itu, adanya infeksi oportunistik juga dapat mengidentifikasi seseorang terkena AIDS.
Hal ini karena dalam kondisi normal, infeksi ini tidak akan otomatis membuat seseorang jatuh sakit, akan tetapi bagi penderita AIDS, infeksi ini bisa sangat melemahkan.
Harapan hidup bagi penderita HIV dan AIDS
Perbedaan mendasar berikutnya antara HIV dan AIDS adalah harapan hidup bagi penderitanya. Berkat kemajuan pengobatan dan semakin maraknya berbagai penyuluhan tentang HIV dan AIDS, dapat memberikan harapan bagi penderitanya untuk bisa hidup normal dan menurunkan resiko penularan.
Dengan disiplin meminum obat antiretroviral, terbukti bisa membuat viral load tidak terdeteksi secara berkelanjutan sehingga bagi Odiv ( orang yang hidup dengan HIV), masih bisa bertahan hidup secara bertahap seperti manusia normal.
Selain itu, resiko penularan virus kepada pasangan dan anak saat melahirkan bisa diturunkan secara signifikan.
Ketika infeksi HIV sudah berkembang menjadi AIDS, harapan hidup Oda (orang dengan AIDS) menurun drastis.
Hal ini dikarenakan kondisi AIDS menyebabkan penderitanya sulit memperbaiki sistem daya tahan tubuhnya dan sering menyebabkan berbagai komplikasi penyakit lain seperti pneumonia dan kanker yang semakin memperburuk kondisi penderita AIDS.
Namun, pada beberapa kasus, terapi antiretroviral dapat membantu memperbaiki daya tahan tubuh penderita AIDS asalkan tidak disertai dengan komplikasi penyakit yang berbahaya lainnya.
Post a Comment for "Perbedaan HIV Dengan AIDS"